Cerpen : I Hate You but I Can't (part 2)
Halooo gaess.. Balik lagi nih gue di sini.
Abis sibuk-sibuknya kuliah dan UAS akhirnya gue libur jugaa yeayyy *partyinmybedroom* dannnn untuk mengisi waktu gabut, gue memilih untuk menengok sejenak di room gue yang lama udah ngga gue urus ini.
Gue memutuskan untuk melanjutkan karya gue yang belom kelar yaitu cerpen pertama yang gue upload di blog ini.
Bagi yang belom baca part 1 nya bisa dibaca disini
***
![]() |
source: google |
Tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh kepangkuanku dan membuyarkan lamunanku. Aku segera mengambil dan membacanya.
LOMBA MENGARANG
Tema : Keluarga, Persahabatan, Lingkungan dan Cita-cita
Biaya : Rp 75.000,00
Hadiah : -Cerpen-cerpennya akan dimuat di majalah terkenal dan surat kabar.
-Uang tunai Rp 5.000.000,00
-Piagam
-Piala
Pendaftaran di no. 088 781 913 725 (Bu Erni)
(pemberitahuan lebih lanjut hubungi no diatas)
Wooww... Hadiah sebesar lima juta?? Kereennn.. Biayanya tapi terlalu mahal. Aku ingin ikut tapi... Pasti ngga boleh. Apalagi barusan aku dapet nilai 50. Bakal habis kalau aku nekat ikut. Bagaimana ini?? ,gerutuku sendiri. Hmm.. ,gumamku sambil menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan.
Udara sore itu terasa sangat sejuk ditemani kicauan burung dan tumbuhan bergoyang indah. Jauh dari kebisingan kota. Taman itu terlihat sangat terawat. Kurasa orang-orang yang ada disini juga merasakan hal yang sama sepertiku. Menjadikan taman ini sebagai ‘rumah kedua’ bagi mereka. Dan itu terbukti benar. Kurasa tempat ini sebagai tempat yang tempat untuk menyelesaikan masalah dan menenangkan pikiran. Tak heran, banyak yang datang kesini tapi tetap menjaga keheningan -yang mungkin tengah bergelut dengan pikirannya masing-masing. Amazing!
***
Malam pun menyapa. Sejak tadi berada di taman membuatku lupa pada pr yang menantiku dirumah. Dengan segera aku menyelesaikannya. Kertas pemberitahuan lomba yang tadi aku taruh diatas lemari pakaianku yang agak tinggi, supaya tak ada yang bisa mengambil atau terbuang jika ibu memberesi meja belajarku -kalau aku lupa membersihkan mejaku.
***
Bel sekolah pertanda istirahat berdering keras. Aku berjalan ke luar kelas menyusuri lorong yang megarah ke papan pengumuman. Aku tak mengerti mengapa aku berjalan kesana padahal tidak ada satu orang pun yang melihat- lihat disana. Aku membiarkan kaki ku berjalan menuju arah yang tak kukira. Sesampai disanaaku tak menemukan ada nya pengumuman baru. Setelah mataku menyusuri beberapa pengumuman basi, mataku tertuju pada satu buah pengumuman - yang sepertinya sudah lama. Pengumuman itu berisikan lomba menyanyi yang berhadiah juattan rupiah dan tidak dipungut biaya. Sungguh aku tak dapat menbendung rasa gembiraku. Aku berteriak, tapi untunglah tak ada yang mendengar. Aku membaca pengumuman itu sekali lagi untuk memastikan.
“ Lomba nya 5 hari lagi dan hari ini pendaftarannya ditutup. Berarti aku harus segera mendaftar. Tapi apa lebih baik aku membicarakan hal ini terlebih dulu dengan mama? Hmm. Ngga usah deh. Lagi pula ini lomba nya mulai jam 8 pagi sampai jam 3 sore. Jadi akubisa membolos dan aku akan katakan pada mama dan papa aku ikut kelas tambahan sampai sore. Asikk mantap dehh. Aku siap aku siapp!!” gumamku pelan.
Begitulah aku, suka membuat keputusan seenaknya. Tanpa berpikir panjang. Sebenarnya aku ikut lomba itu hanya ingin mendapatkan uang untuk pendaftaran lomba lomba yang aku inginkan. Itu saja, tak lebih.
***
“Kakkk, bangunn...”
Suara parau itu membuatku terjaga.
Haish, rese banget sih. Kenapa tuyul ini nongol dikamarku dan mengganggu mimpiku.
“ Kakk, kok malah diam aja sih? Nanti telat loh. Aku lihat di kalender, kakak melingkari hari ini. Aku fikir hari ini adalah hari penting atau apalah itu. Dan aku takut kakak melewatkannya.” jelas adikku.
Sebenarnya ku tak terlalu mendengar apa yang dikatakan adikku. Tapi ketika mendengar hari penting, rasa kantuk yang menjalari mataku hilang seketika. Senyumku mulai mengembang. Aku segera beranjak dari tempat tidurku, meraih handuk dan seragamku. Tapi sebelum aku masuk ke kamar mandi, aku berkatakepada adikku,
“ Hey, kamu itu cowok, kalau masuk kamar cewek jangan langsung masuk gitu aja. Ketok dulu kek. Gak sopan tau. Oiya, satu lagi, hari ini aku pulang jam 3 ada kelas tambahan, katakan pada mama papa kalau mereka bertanya, ngerti? By the way, thanks ya.” lalu aku langsung membanting pintu kamar mandi dengan keras.
“Tapi kak, tadi mama pesan ke aku untuk menjemput kakak sepulang sekolah karena aku pulang lebih awal darimu.” kata adikku setelah aku menutup pintu.
Aku tercengang. Whattt? Apa katanya tadi? Bocah baru masuk SMP gitu mau jemput aku? Mana bisaa? Lagi pula kan aku hari ini rencana membolos. Kalau dia datang ke sekolah dan tak menemukan aku, bisa bisa aku ketahuan bolos. Oh no!
“ Sudahlah, kau tak perlu menjemputku.” kataku sedikit berteriak. Tak ada jawaban. Mungkin adikku sudah keluar dari kamar atau dia hanya samar samar mendengar. Terserah lah. Nanti aku akan kembali lebih awal.
***
Aku sudah berada di kursi penonton lagi ketika aku selesai tampil. Aku masih gugup. Aku pasrah dengan hasil keputusan juri. Aku juga sempat mendengar beberapa pujian dari juri dan tepuk tangan yang lumayan banyak dari audience. Mungkin aku tidak terlalu jelek, pikirku.
Kulihat jam tanganku, menunjukkan pukul setengah 5 sore. Aku segera loncat dari kursi ku, dan berjalan ke arah panitia, meminta ijin apakah aku bisa pulang terlebih dahulu. Untung saja mereka membolehkan ku pergi sekarang karena pengumuman pemenang bisa dilihat besok disini. Aku tersenyum lebar, mengucapkan terima kasih dan segera beranjak pergi.
***
Aku menyusuri jalan setapak menuju ke sekolah. Aku berpikir mungkin adikku msaih ada di sana. Aku berjalan menatap lurus ke depan, sekali- kali aku melihat bawah. Perasaanku bercampur aduk antara khawatir, cemas, takut dan bahagia. Hmm tidak- tidak, hanya sedikit rasa bahagia yang aku rasakan sekarang ini. Aku tak tahu mengapa. Padahal aku sangat menantikan datangnya hari ini. Tapi mengapa aku merasa tidak enak? Merasa bersalah. Tapi kepada siapa?
Saat pertanyaan ku berkelebat di pikiranku, aku mendengar keributan. Sontak aku menoleh ke arah jalan raya. Saat itu, posisiku tepat di seberang sekolah ku. Aku langsung berlari ke arah kerumunan. Menerobos puluhan orang yang berusaha menutupi jalan. Perasaanku tak karuan, aku tak bisa menahan lagi. Dengan sekuat tenaga, aku mulai mendorang orang yang ada di dekat ku terutama yang berada di depan dan di kanan kiriku. Aku tak peduli kakiku yang sudah lelah. Entah kenapa, aku ingin sekali mengetahui orang yang berada di tengah kerumunan. Aku mendengar beberapa kata yang keluar dari mulut seseorang di depan sana, “ Kasihan anak kecil itu.”
HAH?? APA?!? ANAK KECIL?
.... to be continue
part 3 nya disini yaa
Comments
Post a Comment