Cerpen : I Hate You But I Can't (part 3-end)
Yuhuu... akhirnya kelar juga nih satu cerpen. ngetiknya ini niat ga niat jadi selesainya lama buangetttt.
langsung aja yaa
(bagi yang belom baca part 2 nya bisa baca disini
***
![]() | |
source : google |
Saat pertanyaan ku berkelebat di pikiranku, aku mendengar keributan. Sontak aku menoleh ke arah jalan raya. Saat itu, posisiku tepat di seberang sekolah ku. Aku langsung berlari ke arah kerumunan. Menerobos puluhan orang yang berusaha menutupi jalan. Perasaanku tak karuan, aku tak bisa menahan lagi. Dengan sekuat tenaga, aku mulai mendorang orang yang ada di dekat ku terutama yang berada di depan dan di kanan kiriku. Aku tak peduli kakiku yang sudah lelah. Entah kenapa, aku ingin sekali mengetahui orang yang berada di tengah kerumunan. Aku mendengar beberapa kata yang keluar dari mulut seseorang di depan sana, “ kasihan anak kecil itu.”
HAH?? APA?!? ANAK KECIL? Niat ku untuk melihat semakin besar. Tal peduli lututku tengah berteriak-teriak meminta istirahat. Tepat di tengah- tengah kerumunan, kakiku merasa lemas. Aku jatuh berlutut dan aku tak dapat mempercayai apa yang aku lihat saat ini. Seorang anak laki- laki tergeletak lemas tak berdaya, dengan tubuh yang berlumuran darah. Anak itu terlihat sangat kesakitan. Sangat. Aku menghampirinya dengan mata berkaca- kaca. Aku hampir tak dapat bernafas selama beberapa saat.
Ku genggam tangan mungil nya yang lemas dan terasa sangat dingin. Wajah yang selama ini kubenci sekarang terlihat sangat mengharukan. Aku tau dia sedang menahan rasa sakit yang menjalari tubuhnya. Matanya yang mungil pelan pelan terbuka. Seulas senyum tulus muncul menghiasi wajah yang penuh darah itu. Kali ini, aku benar- benar tidak bisa menahan air mataku yang menggenang di pelupuk mataku. Tangisku pecah di tengah keheningan yang hanya bisa aku rasakan. Tangan adikki yang satunya, menepuk-nepuk tanganku yang sedang menggengam tangannya yang lain. Aku tahu ia berusaha menenangkanku, dan aku juga tahu derita dalam dirinya pastilah lebih berat. Ia tetap berusaha tersenyum, walau ada air mata.
“Kakak, jangan menangis. Tolong, jangan menangis.”
Aku tak bisa berkata apa-apa.
“Kakak, aku tidak apa- apa kok. Aku akan tenang disana.”
Aku tersentak dengan kata-kata yang ia ucapkan, “ Apa yang kau katakan? Jangan bicara aneh-aneh.”
“Tidak kak. Aku bicara apa adanya. Aku tak akan lama-lama disini. Titip salam dan ucapkan teruma kasih kepada papa dan mama ya kak. Aku juga mau meminta maaf kepada mereka karena aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi waktuku tak akan cukup.”
“CUKUP !! Jangan berbicara seperti itu lagi. Tolong, tolong bertahanlah untukku, untukmu, untuk mama papa. Tolong, bertahanlah....” ujarku lirih.
“Kakak.. Aku minta maaf ya, karena aku cuma bisa buat masalah. Selalu buat kakak jengkel. Aku minta maaf kak. Tolong maafkan aku kak.” katanya sambil matanya berbinar lemah memohon maaf kepadaku. Aku tak kuasa melihatnya. Air mata ku terus meleleh.
“Kak, tolong jangan mengangis. Ehm,. Kak, apakah kakak sudah bisa memaafkan aku? Tolong kak, maafkan aku. Supaya aku bisa tenang. Kak, kau tau tidak? Aku senang sekali bisa kenal dengan kakak sebagai adik angkatnya kakak. Jadi anak angkat bagi mama dan papa. Kalian semua sudah aku anggap seperti keluarga kandungku. Aku menyayangi kalian sepenuh hari. Aku juaga senang bisa menghabiskan sebagian umurku bersama kalian. Percayalah kak, aku bahagia sekali menjadi bagian dari keluarga kalian. Ucapkan terima kasih kepada semua yang telah berbaik hati kepadaku, ya kak?” ujarnya lemah sambil memegang pipi ku.
Tepat saat itu ia menghembuskan nadasnya yang panjang dan tenang di sisiku. Senyumnya masih tertinggal di wajah itu. Sungguh ia pergi dengan tenang. Tapi, aku? Aku benar-benar tak dapat melepaskannya. Aku memeluknya erat-erat. Air mataku terus mengalir. Andai waktu bisa diputar kembali. Aku tak akan menyia-nyia kan dirinya. Aku memejamkan mata dalam-dalam. Berhrap itu hanyalah mimpi. Tapi apa yang telah terjadi tak akan pernah bisa kembali. Aku tak pernah mengharapkan datangnya hari ini. Tapi semua itu takdir. Dan takdir tak ada yang mengetahui.
***
Sudah 5 hari semenjak kepergian adikku. Aku masih tak bisa melupakan hari itu. Aku selalu merasa bersalah ketika aku ingat hal itu. Sungguh, semua itu terjadi, penyebanya adalah aku!
Hari ini hari Minggu. Aku membantu ibu membereskan kamar adikku. Ketika aku membongkar isi lemarinya, aku menemukan sebuah amplop. Aku membukanya. Mataku berkaca-kaca dan tak bisa kubendung lagi air mataku saat membaca pertengahan suratnya.
Kakakku sayang,
Aku tak tahu apa yang membuat kakak benci terhadapku. Aku berhuasaha mengoreksi semua yang aku lakukan dulu. Ternyata sangat banyak tingkah ku yang membuat mu merasa jengkel. Aku ingin minta maaf dengan berbuat baik kepadamu. Tapi kakak tidak mengizinkan aku untuk mengobrol sejenak denganmu.
Dan saat itu, ketika kakak berteriak-teriak di kamar dan menggebrak meja. Aku yakin kakak marah kepadaku. Aku kemudiam mengumpulkan keberanian untuk menanyakan apa yang terjadi, tapi kakak malah melempar buku/ apalah itu ke arahku. Saat itu aku yakin aku benar- benar menjadi adik nya tak berguna. Aku mengurung diri dikamar dan kerika aku hendak meminra maaf atas kejadian yang tadi, aku tidak menemukan kakak di kamar dan aku tak tahu kakak pergi kemana dan kemudian aku kembali mengurung diri. aku tertidur sampai tengah malam. Aku kemudian keluar dan menengok ke kamar kakak. Awalnya aku ingin meminta maaf tapi aku lihat kaka sudah tertidur pulas. Ketika hendak keluar aku tak sengaja melihat secarik kertas diatas lemari. Setelahku baca, aku tau kakak ingin sekali ikut lomba itu. Benar kan? Aku membaca sekali dan melihat biaya pendaftarannya. Aku berniat mengumpulkan semua uang jajanku dan memberikannya kepada kakak. Dan untunglah, uang itu sudah terkumpul lumayan banyak.
Kak, tolong di terima ya. Itu juga sebagai ucapan terima kasih dariku. Semoga kakak menjadi penulis yang sukses, seperti yang selalu kakak impikan. Semangat ya kak. I love You :D
Love,
Your Brother
Lalu aku membuka amplopnya lagi. Aku menemukan uang yang berjumlah banyak seperti yang ditulisnya dalam surat itu. Aku benar-benar menyesal mengasari adik yang sangat baik itu. Aku menceritakan semua nya -tentang membolos dll- kepada mama. Ia kemudian memelukku. Air mataku terus mengucur. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku benar- benar merasa kehilangan. Tapi suatu gagasan muncul.
***
Aku sudah berada di taman itu. Udaranya, suasana dan keadaannya tak berubah . Tapi kali ini aku datang bukan dengan amarah melainkan kesedihan. Aku mulai merasa kesepian. Tiba- tiba seseorang datang dan duduk di sebelahku. Aku mengangkat wajah. Ternyata teman baikku. Ia tahu apa masalahku karena dia yang menemani adikku saat menunggu ku waktu itu.
Ia menceritakan semuanya. “ Ia datang tepat pukul 3 sore. Ia mencarimu kemana-mana. Ia tak bertanya pada seorangpun sampai akhirnya ia tak menemukanmu - kira-kira satu seperempat jam lamanya, lalu bertanya kepadaku. Aku katakan padanya kau tidak masuk hari itu. Adikmu kaget lalu memutuskan untuk menunggumu. Entah kenapa ia memilih menunggumu disana padahal tak pasti kau akan kembali ke sekolah. Aku sudah membujuknya untuk pulang tapi ia tetap besikeras untuk tetap menunggumu. Tak lama ia melihatmu di sebrang jalan. Ia begitu senang sehingga ia menyebrang sembarangan dan tiba-tiba ada mobil besar yang melaju kencang dan itu terjadi hanya beberapa detik. Adikmu juga pernah berkata, ‘ aku tak inign mengganggu kakak utntuk menjadi penulis. Tapi aku tak tau caranya. Apa aku harus menyingkir? ” Dan mungkin dengankematian adikmu merupakan jawaban atas pertanyaannya. Adikmu benar-benar tulus menyayangi mu.”
Aku tercengang mendengar kata- kata sahabatku itu, aku tak bisa berkata-kata. Tapi aku meyakini dalam hatiku, aku akan menjadi penulis hebat untuk nya. Untuk segala pengorbanan yang telah dia lakukan untukku. Tanpa pamrih.
SELESAI
see ya next post :D
Comments
Post a Comment